“Kesimpulan Sharing Session tentang Menghadapi COVID-19 dari Sudut Pandang Buddhis”
Keluarga Mahasiswa Buddhis Palembang (KMBP) pada hari Minggu tanggal 12 April 2020 mengadakan Dhammatalk secara online melalui live Instagram dengan tema “Menghadapi Covid-19 dari sudut pandang Buddhis”. Dhammatalk ini dipandu oleh Shintia dengan narasumber Romo Sulaiman.
Tujuan KMBP mengadakan Dhammatalk online ini adalah untuk mengisi waktu ditengah pandemi serta menambah wawasan mengenai cara menghadapi Covid-19 dari sudut pandang Buddhis. Indonesia saat ini sedang berjuang melawan pandemi Covid-19 melihat semakin hari jumlah kasus positif yang terus bertambah. Dengan situasi yang kian mengkhawatirkan, pastinya sebagai umat Buddhis kita ingin mengetahui cara yang tepat dalam menghadapi Covid-19 dari pandangan agama Buddha.
Selama masa pandemi, rasa takut, khawatir dan resah, jangan dianggap sebagai hal yang negatif. Kita juga jangan terlalu optimis maupun pesimis, melainkan realistis. Seperti yang diajarkan Buddha, ekstrim kanan dan kiri tidak baik, hal yang baik adalah ketika kita mengambil jalan tengahnya.
Hal yang harus kita terapkan ketika menanggapi situasi ini adalah bekerjasama sesuai peran masing-masing. Dalam Buddhis, kunci awalnya kita harus yakin (sradha) dan mengandalkan Tri Ratna untuk mencapai pembebasan. Langkah paling utama sebelum yakin, kita juga harus mempunyai semangat saintifik. Semangat saintifik dalam agama Buddha kita kenal dengan Ehipassiko, bahwa apapun yang kita dengar dan kita lihat harus kita buktikan. Untuk itu, sebagai umat Buddha, kita harus menginterpretasikan Covid-19 ini dari keyakinan kita yang berujung pada semangat saintifik, jangan sampai melakukan praktik membuta. Secara sederhana inti ajaran Buddha itu ada 3, yaitu:
1. Jangan berbuat jahat
Terima dan jangan menyalahkan kondisi yang sedang terjadi. Selain itu, jaga mental agar tetap tenang selama pandemi ini. Dengan menakuti pikiran atau berpikir negatif, kita sudah berbuat jahat pada diri sendiri.
2. Banyak berbuat kebajikan
Kebajikan yang kita laksanakan tidak boleh tunggal dan harus mengikutsertakan konteks karuna dan prajna (belas kasih dan kebijaksanaan), seperti contoh ketika kita ingin memberikan bantuan kepada sahabat dan saudara yang terdampak pandemi Covid-19, harus didasarkan pada keterampilan, jangan sampai kita tertular virus juga. Kita harus waspada dan berhati-hati dalam melakukan suatu kebajikan.
3. Sucikan hati dan pikiran
Sebagai umat Buddha, proses menyucikan hati dan pikiran (mindfulness) dalam keseharian haruslah intesif. Sebuah contoh sederhana adalah melakukan praktik meditasi untuk mengembangkan kehidupan spiritual.
Dalam dhammatalk online ini juga terdapat beberapa pertanyaan dari audience, diantaranya:
· Dari @itsmaurinee: Bagaimana cara terbaik untuk berbagi kepada orang yang membutuhkan ketika kita tidak dianjurkan untuk keluar rumah / berkumpul?
Jawaban : Yang terpenting kita harus mengetahui data yang jelas dari tingkat RT, RW dan semacamnya. Setelah mendapatkan basis data, lebih baik kita titipkan kepada pihak yang berwenang. Banyak cara untuk menyalurkan bantuan tanpa harus keluar rumah, seperti kita titipkan kepada lembaga dan organisasi yang kredibel.
· Dari @tharissalorensya: Selain ratana sutta, apakah ada sutta lain yang dianjurkan ?
Jawaban : Ratana sutta saja sudah cukup, yang terpenting adalah kebajikan diri dan keyakinan kuat terhadap Tri Ratna. Ada baiknya setelah membaca sutta dilanjutkan dengan meditasi atau sebaliknya, meditasi terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan membaca sutta.
· Dari @jefrycaesar : Tips untuk para pelajar yang dirumah aja agar merasa tidak bosan dan tetap produktif?
Jawaban : Pelajar tetap harus belajar walaupun dalam situasi pandemi, karena memang itu kewajiban untuk para pelajar. Seperti baru-baru ini Pak Nadiem, Menteri Pendidikan mengeluarkan program pembelajaran di Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang kita bisa ikuti agar tidak terlalu bosan belajar dari buku. Mahasiswa pun sama, mereka juga tetap bisa mengikuti online class atau hal lain yang bersifat kreatif.
· Dari @wijayaardin: Bagaimana tanggapan romo tentang rasa takut yang timbul atas pandemi ini?
Jawaban : Kita sebagai umat Buddha tidak boleh terlalu optimis karena optimis ini secara psikologis mengarahkan orang untuk meremehkan beberapa hal seperti anak muda yang tetap berkumpul, nongkrong atau bermain di jalanan. Kemudian terlalu pesimis juga tidak baik. Untuk itu, sebaiknya kita realistis untuk melihat masalah sebagaimana adanya dan menganalisa tindakan terbaik yang bisa dilakukan. Selain berpikir realistis, meditasi dan membaca paritta dengan bersungguh-sungguh dapat mengatasi rasa takut yang timbul atas pandemic Covid-19.
· Dari @shintiaajaaa : Menurut romo apakah kinerja pemerintah sekarang sudah maksimal dalam menangani pandemi Covid-19?
Jawaban : Sudah maksimal, hanya saja masih banyak orang yang tidak mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh pemeritah. Untuk itu, masyarakat juga harus turut andil membantu kinerja pemerintah dengan bekerja dari rumah.
· Dari @riohuang : Bagaimana pendapat romo mengenai lockdown atau karantina wilayah dari sisi Buddhis?
Jawaban : Tidak semua hal harus dikaitkan dengan sisi Buddhis, namun jika mau lihat dari sisi Buddhis kita harus cukup skillful. Pemerintah harus punya keterampilan yang jelas. Kita sebagai umat Buddha harus mengikuti kebijakan yang ada, karena kebijakan pemerintah dibuat demi terciptanya kebaikan masyarakat.
· Dari @lifenlie : Bagaimana jika diposisi karyawan yang masih harus kerja ke kantor, disatu sisi kita ngeri ke kantor, tapi disisi lain ada kebijakan perusahaan yang mengharuskan kita ke kantor. Bagaimana pandangan romo?
Jawaban : Kondisi tersebut memang sulit. Namun hidup ini memang harus memilih. Hal ini tergantung dari pilihan individu masing-masing mau tetap ke kantor atau tetap di rumah. Masing-masing pilihan memiliki resiko tersendiri.
· Dari @weiliemabubakar : Apakah ketika membaca karaniya metta sutta dapat memberikan efek yang baik untuk pandemi ini?
Jawaban : Satu hal yang dikatakan oleh Ajahn brahm bahwa paritta apa saja yang kita bacakan adalah ajaran Buddha yang pasti akan membawa kebaikan. Tapi alangkah lebih baik lagi apabila kita paham makna dari paritta tersebut sehingga akan membuat diri menjadi lebih tenang dan nyaman.
· Dari @leonyan : Bagaimana tanggapan romo terhadap orang-orang yang tidak menghiraukan situasi ini misalnya tetap main ke jalan dan aktivitas keluar rumah lainnya?
Jawaban : Memang kita tidak bisa memaksa orang, kita hanya bisa mengingatkan. Namun, sekarang pemerintah telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dimana mereka akan ditegur apabila masih keluar rumah. Hal tersebut bergantung kesadaran mereka, jadi kita tidak bisa mengatur mereka.
· Dari @angelinaa_lin : Kita tahu pandemi ini membuat beberapa orang mengalami panic buying, dan banya dari mereka tertipu oleh owner yang tidak bertanggung jawab. Menurut romo bagaimana cara mengatasi panic buying ini?
Jawaban : Sangatlah tidak bijaksana apabila kita melakukan panic buying atau membeli bahan secara berlebihan, karena bisa menimbulkan kekacauan.
· Dari @antoniaarie : Bukankah rasa optimis itu baik dan mampu membangun semangat, sebatas kita tetap mengikuti saran dari pemerintah?
Jawaban : Optimis saja tidak cukup, optimis di masyarakat kita kesannya bukan optimis yang positif melainkan optimis yang meremehkan. Misalnya di Amerika mereka terlewat optimis, sehingga mereka tetap keluar rumah di masa pandemi yang membuat semakin banyak korban virus Covid-19. Tapi realistis itu penting.
Sebagai closing, Romo mengajak para audience untuk melakukan praktik meditasi. Disini romo juga menyampaikan bahwa meditasi merupakan salah satu upaya untuk menyucikan hati dan pikiran. Romo Sulaiman juga menghimbau kepada kita untuk tetap mengikuti kebijakan pemerintah demi kepentingan dan kebaikan diri sendiri maupun orang yang berada disekitar kita.
Jangan terlalu optimis, pesimis atau meremehkan suatu hal, karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebagai umat Buddhis kita tetap harus menjalankan 3 inti ajaran Buddha yaitu janganlah berbuat jahat, berbuatlah kebajikan serta selau berupaya untuk menyucikan hati dan pikiran. Jika ingin sharing lebih lanjut, teman-teman bisa follow akun instagram @girivirya_sulaiman.
Penulis: Shintia
Editor: Sheila Mitha Kalyani dan Erwin